Search This Blog

Sunday, December 31, 2017

Diskon Khusus



Diskon istimewa untuk pembeli pertama, yakni sebesar 20% dari total jumlah biaya yang dibayarkan. 

Oh ya, untuk pembelian dalam jumlah banyak diatas 50 artikel akan diberikan diskon sebesar 10%.

Ada satu lagi nih yang menarik, anda bisa mendapatkan bonus khusus berupa 1 tulisan ( tema dan judul terserah penulis). Syaratnya adalah anda perlu menuliskan testimoni positif setelah menggunakan Ai Jasa Penulisan Artikel Bahasa Indonesia. Bersedia jika penilaian anda dipublikasikan demi kemajuan blog ini.

Terima kasih sobat Ai. :)

Terkenang Hujan

Video via Dokumen Pribadi

Hari ini kami jalan-jalan sekeluarga, diperjalanan hujan turun dengan tiba-tiba. Tanpa peringatan sebelumnya, hujan itu menderas dengan sangat cepat. Dari dalam mobil kuperhatikan mereka pengguna jalan lainnya, entah itu yang menggunakan kendaraan atau pun sepeda memutuskan untuk berteduh.

Entahlah, aku tidak mengerti. Apa hujan sebegitu menakutkan? Adakah orang yang bisa sakit ketika terkena percik-percik air yang jatuh dari langit itu? Mungkin ada, tapi syukurlah aku tidak termasuk.

Justru menurutku, menyaksikan hujan dari balik jendela rasanya tidak semenyenangkan ketika aku bisa keluar untuk berhujan-hujanan. Menikmati tetes demi tetes yang membasahi baju dan juga menerpa wajahku. Merasakan dingin yang memelukku dengan sangat erat. Aku bisa menengadahkan kepalaku ke langit untuk beberapa detik, menyaksikan langit yang cantik yang meneteskan ribuan bahkan jutaan airnya.

Aku suka sekali menikmati hujan di tempat ini. Mengayuh sepedaku dengan pelan untuk melihat pemandangan sekeliling yang indah ketika hujan. 

Orang bilang: "jika hujan turun di sertai petir,  berbahaya jika kita berada di persawahan atau di tempat yang jarang ditumbuhi pohon-pohon." 

Menyadari kenyataan itu, sejujurnya dulu aku sedikit takut. Tapi, bagaimana mungkin aku mengabaikan pemandangan alam yang begitu indah ini? Lagi pula juga tak mungkin bisa cepat menyusuri jalan berkelok ini. Aku berdoa dalam hati semoga Tuhan melindungiku selalu.

Kini, saat-saat hujan seperti ini. Entahlah, aku begitu merindukan sepedaku yang dulu. Ingin rasanya mengulang moment itu. :)

Friday, December 29, 2017

Bicara


Hatiku sakit
Terlampau lelah
Biarlah..
Jika ini semua harus tampak
Dalam raut wajah
Karena ku tak sanggup lagi
Berpura-pura dalam sepi
Meringkuk sendiri
Ku tak mau menangisi
Hal-hal yang harusnya tak sepenting ini
Biarlah mereka tahu
Apa-apa yang telah melukaiku

Tuesday, December 12, 2017

Putri Negeri Dongeng Terjebak di Masa Modern


Entah kenapa, aku selalu menyukai dongeng-dongeng kerajaan. Terutama kisah cinta pangeran dan putri. Rasanya semua itu begitu indah. Mereka disayangi keluarganya, rakyatnya, dan juga menemukan cinta sejati.
Dari sewaktu kecil, aku memang sudah suka dengan karakter putri raja. Mereka begitu cantik, lembut, dan pintar menempatkan dirinya. Memiliki hati yang baik yang lebih berkilau dari tiara yang tersemat di atas rambutnya. Tak hanya ceritanya, aku juga mengoleksi beberapa boneka cantik putri-putri itu. Boneka barbei, banyak orang menyebutnya begitu.
Seperti ada sesuatu yang aku sendiri tidak tahu bagaimana mengatakannya. Aku seperti terikat dengan cerita-cerita. Kubayangkan bahwa suatu hari nanti aku juga akan bertemu dengan seseorang yang mirip seperti pangeran. Meski aku sadar, aku bukan lah seorang putri dari kerajaan. Tapi, bayangan itu jelas sekali dalam pikiranku. Bahwa suatu hari nanti akan ada sesorang yang gagah rupawan menjemputku.
Tapi, hingga waktu berlalu. Tak juga kutemukan tanda-tanda bahwa aku akan bertemu seseorang. Sejenak aku melupakan mimpi masa kecilku. Selayaknya manusia modern sekarang ini, aku harus menyibukkan diri untuk bekerja meraih mimpi-mimpiku yang lain. Aku tak boleh mengabaikan masa depanku begitu saja.
Sampai suatu hari, ketika menaiki bus kota yang penuh sesak. Tak ada satu pun bangku kosong untuk kududuki, aku memutuskan berdiri. Kubayangkan perjalanan ini akan sangat menyebalkan, aku yang selalu saja tidak suka ketika menaiki angkutan darat karena entah kenapa akan membuat fisikku tiba-tiba lemah, kepala pusing, dan perut yang rasanya ingin muntah. Tapi kini aku harus berdiri, dan itu akan menjadi semakin sulit untukku.
Aku baru saja memegang pelipis kepalaku, ketika kamu menawarkan tempat dudukmu. Kamu langsung sigap berdiri, dan aku pun mengambil alih kursi yang sedari tadi kamu duduki. Entah kenapa, ada sebentuk kupu-kupu yang terbang di hatiku yang kemudian membuatku menoleh padamu. Kamu mengambil tempat berdiri persis di sampingku. Dan aku melihatmu tersenyum padaku.
Kini, kenapa tiba-tiba bayangan tentang pangeran dan dongeng kerajaan sudah tidak lagi menarik minatku? Aku justru berharap, akan ada sebuah kesempatan ketika aku bisa bertemu denganmu kembali.


Tuesday, November 21, 2017

Apa Kamu Merindukanku? Kujawab: Never


“Kamu kangen aku ya?”
“Nggak.” :D
“Halah, iya kan.. Ngaku aja.”
“Never.” :P





Bosan juga ya ditanya untuk hal yang sama. Tiap kali kamu berkesempatan untuk pulang, kamu selalu saja mengajukan tanya itu. Sudah berapa kali ya? Emm,, mungkin lebih dari sepuluh kali. Dan selalu kujawab dengan hal yang sama. Aku nggak rindu. Tidak pernah.

Haha,, kamu selalu nggak puas dengan jawaban itu. Bilang kalau aku bohong. Kadang juga bilang kalau aku nggak perlu gengsi. Lain waktu justru bertanya: ‘siapa teman baru gebetan, pacar, mantan tempat aku berbagi cerita?’

Hey,, buat apa juga aku bohong. Dan aku bukan orang yang punya gengsi di depan kamu dek. Kamu saja yang terlalu fokus dengan pertanyaan itu. Kamu tidak pernah menanyakan apa alasanku menjawabnya. Syukurlah... :)

Baca Juga: Cinta Sederhana

Jika kamu membaca tulisan ini, rasa penasaranmu itu akan terobati. Sebenarnya aku memang tidak pernah merindukanmu karena bagiku rindu itu hanya untuk seseorang yang tidak bisa kujangkau. Ketika aku ingin kembali ke suatu masa bersama seseorang tapi aku tidak bisa, itulah saat aku merindukannya.

Denganmu aku tidak pernah merasakan rindu, karena aku percaya kita masih punya banyak waktu untuk berbagi keseruan. Meskipun kamu jauh sekarang, tapi ada saatnya kamu akan pulang. Kita masih akan sering makan bersama sambil mengomentari layar tv, aku masih akan bisa mengajukan tanya atas persoalan yang merubah suasana hati, mencoba mencari kepala lain untuk berdiskusi. Kita masih akan berbagi cerita dan tawa, atau sesekali liburan bersama.

Aku tidak merindukanmu, karena selama ini rindu bukan sesuatu yang menyenangkan. So, jangan kecewa jika kubilang aku tidak merindukanmu dek. Semangat KKNnya, Semoga dapat nilai A ya. J

Sunday, November 19, 2017

Jangan Buang Air Cucian Beras! Manfaatnya Dapat Menghaluskan Kulit Wajahmu


Siapa sih yang tidak ingin memiliki kulit wajah yang cerah dan halus? Pastinya kita semua mendambakan wajah yang demikian. Namun, untuk mendapatkannya diperlukan perawatan dan tidak bisa dengan cara yang instan. Sebernanya tidak perlu mahal kok untuk melakukan perawatan, kamu pun bisa melakukannya dengan bahan yang tersedia di rumah asalkan mau menjalaninya dengan teratur.

Salah satu bahan yang bisa dipakai sebagai perawatan alami wajah adalah air cucian beras. Menurut berbagai sumber, kandungan nutrisi pada air cucian beras akan menjadikan kulit wajah lebih cerah dan halus. Air cucian beras yang digunakan secara rutin juga bisa menghilangkan jerawat dan bekasnya serta mampu membersihkan komedo yang menempel di pori-pori kulit.
Penelitian dari Universitas Brussels juga semakin menguatkan manfaat air cucian beras. Mereka meneliti pasien yang menderita penyakit kulit dermatitis. Sebagai solusinya, kemudian dilakukan uji coba berendam menggunakan air beras 2 kali sehari selama 15 menit. Hasilnya kesembuhan pasien meningkat lebih cepat.

Dilansir dari vemale.com, untuk merawat kulit dengan air cucian beras, caranya adalah cuci beras dan buang sisa air rendamannya yang pertama karena air pertama masih banyak tercampur oleh kotoran. Gunakan air cucian beras bilasan kedua atau ketiga saja ya. Setelah itu, ambil cucian beras dan tempatkan pada wadah. Tunggu 1-2 jam agar airnya mengendap. Buang air bening yang tidak diperlukan secara perlahan karena yang digunakan adalah air endapan yang berada di bawah.
Oleskan air cucian beras tersebut ke wajah. Biarkan selama 15 menit. Apabila masker telah mengering bilas dengan air hangat. Kemudian keringkan dengan menepuk-nepuk wajah mengunakan handuk bersih. Agar wajah lebih lembab, kamu bisa menggunakan minyak zaitun setelahnya.


Demikianlah manfaat air cucian beras sebagai perawatan alami wajah. Untuk hasil terbaik gunakan 2-3 kali dalam seminggu ya.


Saturday, November 18, 2017

Ingin Pakai Kawat Gigi Tapi Takut Sakit? Coba Deh Teknik Embrace


Tampilan gigi yang rapi merupakan sebuah hal yang bisa semakin meningkatkan percaya diri. Memiliki susunan gigi yang rapi akan menjadikan tak ragu untuk tersenyum bahkan tertawa lebar menampilkan deretan gigi yang apik dipandang. Namun, memang tidak semua orang dianugerahkan memiliki gigi yang terbentuk sempurna dengan sendirinya. Tapi jangan khawatir karena sekarang sudah banyak yang bisa dilakukan untuk merapikan gigi. 
Jika anda berencana ingin merapikan gigi tapi masih ragu menggunakan kawat gigi karena takut dengan beragam efek yang ditimbulkan akibat pemakaiannya, seperti: nyeri pada gigi, sulit mengunyah, sariawan, dan lain-lain. Jangan khawatir karena sekarang ada teknik baru untuk merapikan gigi, teknik yang satu ini dinamakan embrace.

Baca Juga: Komplikasi Tifus

Tentang Embrace dan Cara Penggunaannya

Drg. Raheng Widyaswari, menjelaskan bahwa embrace merupakan teknik untuk merapikan gigi dengan menggunakan brace atau penjepit dari plastik yang bening transparan sehigga tampaknya seperti tidak memakai apa pun.
Teknik pemasangan embrace, pertama akan dilihat dulu seperti apa susunan gigi pasien, lalu mulai dipikirkan bentuk yang cocok agar gigi dapat tersusun lebih rapi. Kemudian cetak foto panoramik lab dan cetak bentuk gigi. Itu semua akan dikirim ke Singapura agar bisa mencetak brace yang sesuai. Kelebihan dari memakai embrace dibandingkan dengan kawat gigi adalah karena bentuknya yang transparan dan minim efek samping, ladies.
Jika memakai embrace, anda juga bisa copot pasang. Embrace bisa dicopot ketika ingin makan dan menyikat gigi. Kalau anda berencana menggunakan teknik embrace, biayanya sekitar 35 juta rupiah. Yuk, mungkin bisa nabung dulu dari sekarang ya.


Thursday, November 16, 2017

Jiwa yang Bebas


Aku rindu kebebasan
Kebebasan yang selalu didengungkan
Apakah kebebasan itu?

Aku berkutat dengan pekerjaan
Yang tak pernah berhenti
beradu cepat dengan mesin-mesin raksasa
Disinilah seluruh keringatku diperas
Untuk dipersembahkan kepada apa dan siapa?
Aku ragu dapat menjawabnya

Gersang..
Hampa..
Sebenarnya apa yang mendera?

Baca Juga: Bayang Semu

Monday, November 13, 2017

Bayang Semu


Aku terhempas oleh bayang dunia
Tertatih ku susuri jalan semu
Tampak gelap tanpa ujung
Hatiku merintih
Air mata wakilkan keluhku
Bibirku membisu tak kuasa mencari kata
Kata bersembunyi dalam derita
Tak ada lagi cerita yang mampu ku urai
Sedih
Sunyi
Sepi
Lelah ku resapi
Aku ingin mati rasa
Baca Juga: Ilalang Liar 

Wednesday, October 25, 2017

Seandainya.. Satu Waktu Ingin Kuputar Kembali (Season 3)


Aku tidak bisa melakukan itu karena khawatir konsentrasiku akan pecah. Kami bertengkar hebat siang itu. Dengan berapi-api kukatakan kalau dia egois dan tidak bisa memahamiku. Tak ada yang mau mengalah di antara kami dan suasananya semakin memanas.

“Kamu bisa mencari wanita lain kalau kamu memang tidak sabar menungguku.” Kukatakan itu dengan angkuh. Kata-kata yang kusesali dalam hidupku.

Ia pergi setelah mendengar itu. Begitu saja menjauh dari kehidupanku. Aku selalu menunggunya kembali, tapi itu tak kan pernah terjadi.

Aku sudah menyakiti hati seseorang yang mencintaiku dan sangat kucintai. Tapi aku tidak bisa merubah sesuatu yang sudah terjadi. Peristiwa itu membuahkan penyesalan yang panjang. Membuatku semakin tenggelam dalam keputus asaan dan tak henti menyalahkan diriku sendiri.
***

Aku masih terduduk disini. Terlalu kaget untuk berkata-kata. Tanganku masih menggenggam surat undangan yang bertuliskan namanya, tapi tak ada namaku di sebelahnya. Nama wanita lain yang tak kukenal memantik cemburu di hatiku.

Andai Waktu Bisa Kuputar Kembali

Aku tidak Mau mengucapkan kalimat itu. Aku tidak akan menyakiti hatinya yang berujung sakit lebih dalam di hatiku. Andai dia tahu aku menyesal. andai dia tahu aku begitu mencintainya. Maukah dia memaafkaanku. Tapi apakah semuanya sudah terlambat?

Andai Waktu Dapat Kuputar Kembali

Aku rela melakukan apa saja untuk mengembalikan semuanya. Supaya kami dapat bersama lagi dan saling mencintai. Aku bahkan rela mencopot gelar yang telah kusandang. Apa arti semua ini tanpa ada dia di sampingku?

Tangisku pecah. Bongkah ketegaranku meluruh menjadi serpihan air mata yang telah menganak sungai. Aku menyesal. Sungguh,aku menyesal.

Andai Waktu Bisa Kuputar Kembali

Andai saja itu itu mungkin,aku akan menjadi orang yang paling bahagia. Andai waktu bisa kuputar kembali. Tak kan kuulangi kesalahan yang sama. Aku berjanji tidak akan menyakitinya. Sungguh. Seandainya bisa.. satu waktu ingin kuputar kembali. 

Tamat

Monday, October 23, 2017

Seandainya.. Satu Waktu Ingin Kuputar Kembali (Season 2)


Perlahan aku menggeleng. Ku tutup kotak itu kembali dan menggeserkan ke arahnya. Aku meraih tangannya lalu meletakkan kotak kecil itu di atas telapak tangan dan mengatupkan jari-jemarinya.

Sesaat dia kaget dengan reaksiku. Aku tersenyum dan mengatakan. “Aku mendapatkan beasiswa S2 dan tidak ingin melewatkan kesempatan itu begitu saja.”

Dia tersenyum tak percaya lalu memberiku ucapan selamat. Ia kemudian memelukku erat. Aku tahu,ndia orang yang akan bahagia melihatku bahagia. Malam itu aku berjanji setelah ini aku akan dengan senang hati menikah dengannya.
***
Tahun-tahun aku berkutat pada bidang studiku. ia masih dengan setia di sampingku. Penuh kesabaran membantuku melewati masa-masa sulit terutama pada saat aku menyelesaikan tesisku.

Aku lulus tepat waktu dengan prestasi gemilang. Tentu saja tidak lepas dari bantuannya. Aku tahu dia satu-satunya pria baik yang tak akan kutemui lagi di dunia ini. Aku pun tahu dia sangat mencintaiku dan aku selalu yakin dia tak kan pernah meninggalkanku. Karena pikiran bodoh itulah awal dari seluruh petaka ini.
***

Setelah acara wisudaku ia menagih janji yang pernah kuucapkan untuk menikah. Aku dengan tegas menolak karena aku mendapatkan tawaran S3. Aku mengungkapkan itu dengan suka cita seperti aku mendapatkan beasiswa S2 dulu. Tapi ternyata sikapnya jauh berbeda dari perkiraanku. Tidak ada ucapan selamat. Tidak ada pelukan. Ia sama sekali tidak tersenyum mendengar itu.

Kukatakan padanya aku tidak akan menolak tawaran itu. Ini kesempatan langka yang mungkin tak kan terjadi lagi dalam hidupku. Dulu aku harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan beasiswa S2ku. Ia hanya bilang aku bisa melanjutkan studiku meski telah menikah. Tak bisa kusembunyikan rasa kecewaku padanya. Hatiku sakit. Untuk pertama kalinya aku merasa dia tidak mendukungku.

Bersambung..


Saturday, October 21, 2017

Seandainya.. Satu Waktu Ingin Kuputar Kembali


Aku masih memperhatikan jam dinding yang bertengger kokoh di ruang tengah. Mataku terpaku pada jarum kecil yang bergerak maju setiap detiknya. Hanya berputar-putar namun mampu menenggelamkanku.
Aku masih tetap disini. Tak ingin bergeming dari dudukku. Ku sandarkan kepala ku di kursi keras ini. Memang terasa tidak nyaman,tapi aku tak peduli.
Kupejamkan mataku. Bayang-bayang berkelebat. Hatiku menggerimis bila mengingat masalalu. Masalalu bagiku seharusnya tidak untuk dikenang.
Memang benar penyesalan selalu datang di akhir. Andai waktu bisa kuputar kembali. Aku berjanji akan merubah semuanya. Peristiwa itu masih membayangiku. Satu kejadian yang kusesali sepanjang hidup ini.
Sepuluh tahun yang lalu, saat umurku masih 20 tahun. Seseorang mengajakku menikah. Aku menolaknya.
Masih teringat jelas saat itu. Kami sedang duduk di taman kota. Beristirahat di bawah pohon rindang setelah lelah berjalan di pagi hari.
“Aku sudah diwisuda sekarang dan berhasil memperoleh pekerjaan. Bagaimana kalau kita menikah?” Ungkapnya padaku dengan cara bicara yang gugup.
Aku kaget lalu tertawa kecil. “ Aku masih kuliah.” Jawabku santai.
“Aku tidak meminta menikah sekarang. Mungkin beberapa tahun lagi?” Ia masih berusaha untuk menjelaskan padaku bahwa menikah bukan hal yang buruk dan aku tak perlu mengkhawatirkan apa pun.
Aku hanya mengangguk, tapi tidak sepenuhnya memasukkan rencana itu dalam pikiranku. Kurasa aku masih terlalu muda untuk memikirkan hal semacam itu. Aku punya daftar hal lain yang harus kulakukan sebelum aku memutuskan menikah.
***
Tahun-tahun berjalan dan kami masih melewatinya bersama. Tak ada yang berubah. Dia selalu di samping ku saat suka maupun duka. Aku senang dengan kebersamaan kami, tapi aku belum ingin menikah.
***
Aku duduk di depan meja yang dihiasi lilin dan aneka hidangan mewah. Kami duduk berhadapan beratapkan langit malam. Bulan dan bintang ikut memeriahkan suasana malam itu. Itu adalah malam teromantis yang pernah terjadi dalam hidupku, meski aku terlambat menyadarinya.
Saat itu usiaku 25 tahun. Ia kembali mengutarakan ajakannya dulu. Matanya tak lepas menatap ke arahku.

“ Kamu sudah lulus kuliah. Kita sama-sama telah bekerja. Kurasa Kita sudah memasuki waktu yang tepat untuk menikah. Bagaimana menurutmu?” ia kembali menanyakan pendapatku. Kali ini dengan sebuah kotak kecil yang terbuka dan aku bisa melihat cincin di dalamnya.

Bersambung..

Friday, August 18, 2017

Hati yang Memintaku Menanti (Season 6)

 gambar Via pixabay.com

Sekeliling mereka memudar. Hanya ada mereka berdua. Di temani bulan dan bintang-bintang yang berpesta menyambut malam yang indah. Malam spesial untuk Nia dan kevin.
Hanya akan ada hal yang indah yang akan terjadi setelah malam ini. Nia tersenyum. Kevin ada didepannya kini dan bukan Cuma bayang-bayang. Kevin berada didekatnya dan ia yakin semua akan baik-baik saja. Mata pria itu berbisik bahwa segalanya akan membaik setelah ini. Tak akan ada kesedihan lagi.
Mereka berdua memakan hidangan yang telah dipesan dengan perasaan yang luar biasa gembira. Kevin menggengam tangan Nia. Ditatapnya bola mata Nia lekat-lekat. Dirinya seperti tenggelam dalam mata indah itu. Rasanya ia tak ingin berkedip.
“ Bagimana kabarmu? kamu lebih kurus dari saat terakhir kita bertemu.” Suara Kevin memecah kesunyian. Irama musik terdengar mengalun menemani pengunjung kafe malam ini. Musik yang begitu syahdu menambah para pengunjung semakin larut dalam perasaan bahagia.
“ Aku baik-baik saja. Kamu sendiri? apa begitu betah di luar negeri sampai kamu tidak pernah pulang?” Nia mulai cerewet seperti biasa. Bibirnya manyun saat mengucapkan kata terakhir. Teringat hari-hari yang dilaluinya tanpa Kevin. Hari-hari terberat bagi hidupnya. Lalu Kevin malah tidak pernah untuk mengunjunginya. Ia tidak mengerti kenapa pria itu tdak pernah pulang dan memilih tinggal di luar sana bertahun-tahun.
Kevin tersenyum. “ Kalau aku pulang. Aku pasti tidak akan berniat kembali lagi. Jadi aku memutuskan tidak akan pulang sebelum kelulusanku.” Jawabnya tenang. Jemarinya membelai rambut depan Nia yang panjang dan menyisihkan ke telinga supaya bisa melihat wajah Nia dengan lebih jelas. Memperhatikan ekspresi yang tecermin disana. Hal yang dulu sering ia lakukan.
Nia menunduk merasakan Kevin menatapnya. Tapi Kevin buru-buru mengangkat wajah cantik itu lembut. “Biarkan aku melihatnya. Menatap seperti ini. Hal yang selalu kurindukan saat aku berada jauh dari mu.”
Nia tersenyum. Ia menatap Kevin di depannya yang tampak lebih dewasa. Wajah itu tidak hanya tampan tapi juga mengguratkan kebijaksanaan. Malam ini memang menyenangkan saat ia bisa menatap wajah itu bahkan sesaat setelah ia berkedip wajah itu tidak akan hilang. Berbeda dengan bayang-bayang. Bayang-bayang yang selau hadir menemaninya. Mengisi hari-harinya,tapi bisa hilang kapan saja.
Kevin memotong makanannya dengan pisau. ia munusukkan garpu dan menghadiahkan suapan itu untuk Nia. “ Mulai sekarang kamu harus banyak makan. hmm, apa gadis di depanku ini sudah tidak makan selama lima tahun?” tanyanya mencoba melucu.
Nia tertawa. “ Itu karena kamu.” jawab Nia pura-pura cemburut.
Kevin memasang wajah bersalah. “ Baiklah. Kalau begitu aku akan menebus kesalahanku. Mengajaknya makan siang setiap hari?” ia berpikir sejenak. “Yang terpenting aku tidak akan membiarkan gadis di depanku ini sendirian.” Ia tersenyum. Mereka berpelukan.

TAMAT

Wednesday, August 16, 2017

Hati yang Memintaku Menanti (Season 5)

gambar Via pixabay.com


Ia masih ingat kejadian itu. Saat melihat air mata jatuh menetes dari mata Nia, Kevin menempelkan tangannya di wajah Nia. Menatap mata sembap itu. Jari jemarinya mengusap air mata di sekitar mata indah Nia hingga tak jatuh ke pipi. Namun air mata Nia semakin deras bergulir.
“ Jangan pergi.” Suara Nia serak berlomba dengan air matanya yang semakin sering menetes.
“ Aku pasti pulang untuk menemuimu.” Jawab Kevin di sela aktivitas jemarinya mengusap air mata Nia. Ia tidak ingin melihat Nia menangis. Ada sesak yang menyelimutinya saat melihat itu.
“Aku..aku..” Nia benar-benar panik. Banyak hal yang ingin dia katakan,tapi suara nya seperti tertelan kembali. Kata-kata berhamburan menjadi hal yang rumit untuk di rangakai.
Kevin menatap Nia lekat-lekat. Ia meletakkan telunjuknya di bibir Nia. Kevin tahu meski Nia tak mengatakan apa pun. Ia sangat tahu perasaan gadis itu pasti tidak berbeda dengan perasaaanya pula. Persaan hampa saat ia pergi menjauh meniggalkan isak tangis Nia.
“ Aku akan kembali untuk kamu. Aku berjanji. Kita tidak benar-benar berpisah.”
Kata-kata yang meluncur dari mulut Kevin seperti tak terdengar oleh Nia. Kevin kemudian menarik gadis itu kepelukannya. Memeluknya erat dan tidak melepaskannya. Membisikkan dengan bahasa hati kalau ia akan selalu di samping Nia meski jarak memisahkan mereka.
Setelah isak Nia reda, Kevin melangkah pergi. Ia tidak sanggup menengok ke belakang. Ia paksa kakinya sekuat mungkin untuk berjalan. Kalau menuruti isi hatinya, Kevin ingin sekali berjalan mundur. Tidak meninggalkan Nia yang menangis. Rasanya ia ingin menenangkan gadis itu,entah sampai kapan. Jika boleh memilih, ia tidak ingin pergi.
***
Hari-hari berada jauh dari Nia juga bukan hal yang mudah untuk Kevin. Ia merindukan sosok itu. Sosok Nia yang selalu ceria di sampingnya. Sosok Nia yang selalu penasaran dan sering bertanya. Ia merindukan kecerewetan khas gadis itu.
Bayang-bayang Nia pun mengikuti setiap langkah kakinya. Setiap barang-barang kesukaan Nia yang ia lihat selalu mengingatkannya pada gadis itu. Jam tangan pemberian Nia juga membuat Kevin mengingat Nia setiap detiknya.
Bukan hanya Nia yang membutuhkannya, tapi Kevin juga membutuhkan Nia. Mereka berdua saling melengkapi. Rasanya aneh jika berjalan sendiri-sendiri seperti sesuatu yang tidak seimbang. Ada sesuatu yang tidak beres.
Ia ingin secepatnya menemui gadis itu. Ia tidak hanya ingin memeluk bayangannya. Ia ingin Nia berada di sampingnya. Ia akan selalu menjaga gadis itu. Tidak membiarkannya menangis lagi. Cukup sekali ia melihat itu. Ia tidak akan membiarkan itu terulang. Tak akan dibiarkan bidadarinya menangis.
***

Malam ini dengan di padu lilin-lilin mereka berdua saling tatap berhadapan memandang wajah satu sama lain. Bola mata mereka seperti kaca yang mampu memantulkan bayangan masing-masing. 

Bersambung..

Monday, August 14, 2017

Hati yang Memintaku Menanti (Season 4)

gambar Via pixabay.com


Nia menatap Kevin ragu,tapi akhirnya ia bersuara memberitahukan alamat rumahnya. Ditatapnya lagi pria di sampingnya itu. Tidak ada yang mencurigakan. Pria itu sangat sopan sepertinya dia pria yang baik.
Kevin lalu mengantar Nia pulang. Mereka berdua berjalan bersama bersisian. Sebenarnya rumah Nia tidak terlalu jauh. Kevin heran kenapa Nia bisa tersesat dan tak tahu jalan pulang. Tapi dia memilih diam dan tidak berniat menanyakan itu pada Nia. Mungkin gadis itu baru saja pindah rumah. Pikirnya dalam hati.
Setelah sampai di rumah, Nia mengajak Kevin masuk ke rumahnya, tapi Kevin menolak. Nia memaksa Kevin untuk masuk. Ia tidak bisa membiarkan orang yang telah membantunya pergi begitu saja tanpa ia membalasnya dengan sesuatu sebagai ucapan terima kasih. Setidaknya ia bisa menuangkan teh hangat untuk Kevin sebelum pria itu memutuskan untuk pergi.
Mereka berdua berkenalan dan menjadi lebih akrab setelah tahu kalau ternyata mereka juga satu sekolah. Kevin kakak kelasnya. Entah kenapa ada sebersit bahagia di hati Nia. Tapi bukan hanya Nia, Kevin juga merasakan itu. Mereka terkesan gugup satu sama lain. Sesekali melirik kemudian tersenyum.
***
Kevin masih memandang Nia dengan tatapannya yang Nia kenal selama ini. Tatapan melindungi. Ia amati gadis di depannya lebih kurus dari saat terakhir kali mereka bertemu. Meski begitu Nia tampak cantik. Malam ini ia seperti duduk bersama bidadari. Bidadarinya yang selalu ia rindukan.

Terakhir kali mereka bertemu,bidadari itu sedang menangis sampai-sampai ia tidak tahu harus bagaimana untuk membuatnya berhenti menangis supaya dadanya tidak sesak lagi. Ia tidak tahan melihat air mata itu sampai-sampai dirinya kesulitan bernapas.

Bersambung..

Saturday, August 12, 2017

Hati yang Memintaku Menanti (Season 3)

gambar Via pixabay.com

Ia sudah sangat lelah. Rasanya hampir pingsan. Saat itu ia melihat pohon besar dan ia menyerah lalu memilih duduk di bawah pohon tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia memandangi sekelilingnya. Suasana mulai sepi. Tidak seramai tadi. Cuaca sudah cukup panas. Mungkin orang-orang memilih kembali ke rumah masing-masing.
Nia masih memikirkan jalan pulang ketika seorang pria mendekat ke arahnya. Sejenak pria itu ragu, tapi kemudian duduk di sebelah Nia. Nia menggeser posisi duduknya saat menyadari seseorang kini duduk di sampingnya. Keningnya berkerut dengan tanda tanya besar di kepalanya. Ia memandang pria itu. Seperti ingin mengucapkan sesuatu lalu ia mengatupkan mulutnya kembali.
“ Kamu kenapa berputar-putar di jalan yang sama? aku lihat kamu mondar-mandir di jalan ini dari tadi.” Kata Kevin memecah keheningan. Tatapannya lurus kedepan. Tidak menghadap pada Nia di sebelahnya.
“ Aku lupa jalan pulang.” Jawab Nia bernada mengeluh. Ia menangkupkan kedua telapak tangan menutupi wajahnya. Sinar matahari samar-samar masuk ke celah rimbunnya daun pohon membuat matanya sedikit silau. Ia lalu menutupi mata itu dengan tangan seolah-olah sedang melakukan gerakan hormat pada seseorang.
Sebenarnya Kevin ingin tertawa mendengar kata-kata Nia. Tapi ia amati gadis itu tampak murung. Sebisa mungkin Kevin berusaha agar wajahnya terlihat biasa saja. Ia tidak ingin ada kesan meledek yang tersirat di wajahnya. Ia tak mau Nia menjadi tak nyaman jika itu sampai terjadi. Jika mata gadis itu sampai menangkap ada sesuatu yang aneh pada Kevin. Kevin hanya ingin membantu. Itu saja.
Sejak tadi saat dia sedang duduk di teras rumah,ia memang melihat seorang gadis mondar-mandir di depan kompleks rumahnya. Seperti sedang mencari jalan keluar,tapi akhirnya kembali ke tempat yang sama. Gadis itu tampak lelah. Samar-samar ia melihat kening gadis itu sesekali berkerut. Mungkin sedang berpikir.
Ia merasa iba saat akhirnya gadis itu memutuskan duduk mematung di bawah pohon. Jadi dia menghampiri. Dia pikir gadis itu mungkin perlu pertolongan. Tanpa pikir panjang ia langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri Nia yang sedang duduk kebingungan. Ia tidak tahu kenapa tiba-tiba ia ingin menolong. Bertanya apa yang terjadi. Seperti ada sesuatu yang membuat hatinya tergerak.

Kevin memandang wajah Nia sekilas. Entah kenapa hatinya berdesir saat tatapan mereka saling terpaut. Sesaat ia bingung menata kalimat yang ingin ia katakan. Ia melihat pelipis gadis itu berkeringat,mungkin karena terlalu lelah berjalan dari tadi. 

“ Memangnya alamat rumahmu dimana?” tanya Kevin selanjutnya.

Bersambung..

Thursday, August 10, 2017

Hati yang Memintaku Menanti (Season 2)

gambar Via pixabay.com

Dian terkikik mendengar pengakuan Nia. Rupanya hanya masalah itu yang di pikirkan sahabatnya. Nia memang suka melebih-lebihkan sesuatu. “ Tentu saja. Memangnya kalian sudah tidak bertemu berapa abad?” Dian kembali tertawa.
Nia melemparkan bantalnya dengan gemas ke arah Dian. Bagus. Di saat begini dia masih bisa tertawa. “ Oh,, oh.. Lucu sekali.” Nia cemberut.
“ Tak kan banyak yang berbeda dalam lima tahun. Kamu masih seperti Nia yang dulu. Kevin juga begitu. Jangan pikirkan hal-hal konyol lagi. Tidak lama lagi kamu juga akan bertemu dengan Kevin.” Kata Dian sembari membantu merias wajah Nia.
Nia memandang bayangan dirinya di cermin. Wajah cantiknya terpantul disana. Ia menyunggingkan senyumnya. tampak lesung di pipi sebelah kanan dan giginya yang terlihat berderet putih rapi. Rambutnya yang hitam panjang ia biarkan tergerai. Setelahnya semua siap, Nia mengendarai mobilnya menuju ke sebuah kafe tempat ia dan Kevin sepakat bertemu.
Ia datang lebih awal, Kevin belum terlihat diantara pengunjung yang memadati area kafe malam ini. Nia memilih duduk di bangku yang tidak terlalu jauh dari pintu. Ia berpikir akan mudah menemukan sosok kevin dan langsung menyadari kehadiran Kevin jika pria itu datang.
suasana kafe tampak ramai di penuhi oleh para pasangan lainnya. Matanya menyapu seluruh ruangan itu. Para pelayan dengan teliti mencatat pesanan dan ada juga yang bolak-balik membawa makanan atau pun gelas-gelas kosong bekas pengunjung. Ia belum memesan apa pun. Hanya menimbang-nimbang beberapa pilihan menu dan sibuk mencari sosok Kevin.
Tak lama setelah itu, seorang pria dengan kemeja biru muda menghampiri tempat duduknya. Pria itu Kevin. Nia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Seseorang yang akhir-akhir ini hanya bisa ditemuinya dalam mimpi. Ia hanya bisa menyapa bayangan Kevin dalam malam-malam panjangnya. Dalam derai air matanya yang memuncak saat merindukan sosok itu.
Kini wajah di depannya itu Kevin. Wajah tampan itu dengan senyum yang selalu ia rindukan. Senyum yang selalu dapat membuatnya nyaman dan mendamaikan hatinya. Pria itu seolah berbisik bahwa segalanya akan baik-baik saja
“ Hai, Nia.” Kevin menggeser kursi ke belakang dan duduk di depan Nia. Mata Kevin terpaku pada mata Nia begitu pula sebaliknya. Mereka berdua berpandangan merasakan waktu yang seolah terhenti.
“Hai, Kev..” Nia membalas sapaan Kevin. Gugup menyelimuti wajah cantiknya hingga pipinya bersemu merah.
Mereka tertawa atas kecanggungan satu sama lain. Sesaat saling melirik lalu tertawa kecil. Ada perasaan aneh yang tak kunjung hilang. Rasa aneh yang menyenangkan. Yang membuat mereka tiba-tiba gugup dan bingung harus memulai pembicaraan. Rasa yang sama seperti saat bertemu pertama kali.
Nia masih ingat pertemuan pertamanya dengan Kevin. Ia tidak akan pernah lupa saat itu. Nia yakin Kevin juga masih mengingatnya. Menyimpan baik-baik kenangan indah itu dalam otak bahkan di hati.
***
Minggu yang menyenangkan. Pagi itu langit nampak cerah. Matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya. Hawa dingin terasa menusuk sampai ke tulang membuat sebagian orang kembali merapatkan selimut mereka terlelap dalam mimpi.
Nia berjalan-jalan pagi mengitari kompleks. Ia pergi ke rumah Dian yang terletak tak begitu jauh dari rumahnya. Ia bersenandung kecil di setiap langkah kakinya. Kepalanya sedikit menengadah ke atas bernapas menghirup udara pagi dalam-dalam.
“ Diannya ada, tante?” tanya Nia begitu melihat mama Dian di teras rumah.
“ Dian masih tidur. Masuk aja ke kamarnya.” Kata tante Devi ramah. Nia masuk dan langsung ke kamar Dian.
Ia melihat Dian yang masih bergelung dengan selimut. “ Dian banguun.” Nia berteriak kemudian refleks menutup mulut saat sadar kalau ini bukan rumahnya. Ups!
“ Dian, Bangun dong. Udah pagi nih.” Ia setengah berbisik di telinga Dian. Dian tidak beranjak bangun,hanya menggosok-gosok telinganya sambil bergumam tak jelas.
“Eh, Nia.” Dian seperti tersadar dengan mata sipit,Nia senang. “Hei Nia.” Sapa Dian
“Hai.” Nia balas menyapa sambil melambaikan tangan dengan kening berkerut tak mengerti.
“Ah, tapi mana mungkin Nia disini. Aku pasti cuma mimpi.” Dian melanjutkan tidurnya kembali. Kali ini ia menutup kepalanya dengan bantal dan semakin merapatkan selimutnya. Ia merasa hawa pagi ini dingin sekali. Seperti pagi-pagi sebelumnya. Setiap pagi memang sangat dingin untuk Dian.

Nia menepuk lengan Dian, tapi tetap tak bangun juga. Setelah berbagai macam usaha dilakukan untuk membangunkan Dian gagal. Ia menyerah lalu segera berpamitan pada tante Devi. Nia memilih berjalan-jalan pagi sendiri.
Ia masih sedikit kesal pada Dian. Anak itu kebiasaan bangun siang. Ia jadi tidak punya teman untuk jalan-jalan pagi. Tidak enak berjalan-jalan sendiri. Tidak ada teman berbincang sembari kakinya yang berjalan. Hari juga sudah mulai siang. Tidak sepagi waktu ia meninggalkan rumah. Ia jadi tampak lesu. Padahal sejak keluar dari rumah ia sangat bersemangat.
Beberapa orang masih berjalan-jalan pagi di sekitarnya. Ada kakek-kakek tua bersama cucu perempuannya. Ada nenek bersama kakek, dan ibu-ibu yang menggandeng anaknya. Ada juga pasangan muda yang saling berjalan bergandengan tangan. Nia senang kebanyakan warga di perumahan ini memiliki kebiasaan hidup sehat. Ia tersenyum pada mentari yang muncul meski sedikit menyilaukan matanya. Ia kembali bersemangat.
Di tegapkan langkahnya. Mulai serius berjalan. Tidak seperti saat memikirkan rencananya yang gagal mengajak Dian jalan-jalan pagi bersama. Ia kembali bersemangat dan besenandng kecil. Ia pikir hari minggu harus di manfaatkan dengan baik. Tidak Cuma berdiam diri di kamar menghabiskan waktu untuk tidur.
Nia tidak menyadari kalau dirinya terlalu jauh berjalan. Ia tidak terlalu mengerti daerah itu. Ia dan keluarganya belum lama pindah. Jujur saja ia bahkan belum tahu nama-nama tetangganya atau pun wajah-wajah mereka semua. Satu-satunya tetangga yang akrab hanya keluarga tante Devi. Itu pun karena mereka memiliki anak yang seumuran dengannya.

Ia berusaha mengingat-ingat mencari jalan keluar. Memutar otaknya berpikir,tapi selalu kembali ke tempat yang sama. Rasanya ia hanya berputar-putar di tempat itu seperti terjebak di jalan buntu. 

Bersambung..