gambar
Via pixabay.com
Ia masih ingat kejadian
itu. Saat melihat air mata jatuh menetes dari mata Nia, Kevin menempelkan tangannya di wajah Nia. Menatap mata sembap itu.
Jari jemarinya mengusap air mata di sekitar mata indah Nia hingga tak jatuh ke
pipi. Namun air mata Nia semakin deras bergulir.
“ Jangan pergi.” Suara Nia serak berlomba dengan air matanya yang semakin sering
menetes.
“ Aku pasti pulang untuk menemuimu.” Jawab Kevin di sela
aktivitas jemarinya mengusap air mata Nia. Ia tidak ingin melihat Nia menangis.
Ada sesak yang menyelimutinya saat melihat itu.
“Aku..aku..” Nia benar-benar panik. Banyak hal yang ingin
dia katakan,tapi suara nya seperti tertelan kembali. Kata-kata berhamburan
menjadi hal yang rumit untuk di rangakai.
Kevin menatap Nia lekat-lekat. Ia meletakkan telunjuknya
di bibir Nia. Kevin tahu meski Nia tak mengatakan apa pun. Ia sangat tahu
perasaan gadis itu pasti tidak berbeda dengan perasaaanya pula. Persaan hampa
saat ia pergi menjauh meniggalkan isak tangis Nia.
“ Aku akan kembali untuk kamu. Aku berjanji. Kita tidak
benar-benar berpisah.”
Kata-kata yang meluncur
dari mulut Kevin seperti tak terdengar oleh Nia. Kevin kemudian menarik gadis
itu kepelukannya. Memeluknya erat dan tidak melepaskannya. Membisikkan dengan
bahasa hati kalau ia akan selalu di samping Nia meski jarak memisahkan mereka.
Setelah isak Nia reda, Kevin melangkah pergi. Ia tidak sanggup menengok ke belakang. Ia
paksa kakinya sekuat mungkin untuk berjalan. Kalau menuruti isi hatinya, Kevin ingin sekali berjalan mundur. Tidak meninggalkan Nia yang
menangis. Rasanya ia ingin menenangkan gadis itu,entah sampai kapan. Jika boleh
memilih, ia tidak ingin pergi.
***
Hari-hari berada jauh dari
Nia juga bukan hal yang mudah untuk Kevin. Ia merindukan sosok itu. Sosok Nia
yang selalu ceria di sampingnya. Sosok Nia yang selalu penasaran dan sering
bertanya. Ia merindukan kecerewetan khas gadis itu.
Bayang-bayang Nia pun
mengikuti setiap langkah kakinya. Setiap barang-barang kesukaan Nia yang ia
lihat selalu mengingatkannya pada gadis itu. Jam tangan pemberian Nia juga
membuat Kevin mengingat Nia setiap detiknya.
Bukan hanya Nia yang
membutuhkannya, tapi
Kevin juga membutuhkan Nia. Mereka berdua saling melengkapi. Rasanya aneh jika
berjalan sendiri-sendiri seperti sesuatu yang tidak seimbang. Ada sesuatu yang
tidak beres.
Ia ingin secepatnya
menemui gadis itu. Ia tidak hanya ingin memeluk bayangannya. Ia ingin Nia
berada di sampingnya. Ia akan selalu menjaga gadis itu. Tidak membiarkannya
menangis lagi. Cukup sekali ia melihat itu. Ia tidak akan membiarkan itu
terulang. Tak akan dibiarkan bidadarinya menangis.
***
Malam ini dengan di padu
lilin-lilin mereka berdua saling tatap berhadapan memandang wajah satu sama
lain. Bola mata mereka seperti kaca yang mampu memantulkan bayangan
masing-masing.
Bersambung..
No comments:
Post a Comment