Search This Blog

Wednesday, August 16, 2017

Hati yang Memintaku Menanti (Season 5)

gambar Via pixabay.com


Ia masih ingat kejadian itu. Saat melihat air mata jatuh menetes dari mata Nia, Kevin menempelkan tangannya di wajah Nia. Menatap mata sembap itu. Jari jemarinya mengusap air mata di sekitar mata indah Nia hingga tak jatuh ke pipi. Namun air mata Nia semakin deras bergulir.
“ Jangan pergi.” Suara Nia serak berlomba dengan air matanya yang semakin sering menetes.
“ Aku pasti pulang untuk menemuimu.” Jawab Kevin di sela aktivitas jemarinya mengusap air mata Nia. Ia tidak ingin melihat Nia menangis. Ada sesak yang menyelimutinya saat melihat itu.
“Aku..aku..” Nia benar-benar panik. Banyak hal yang ingin dia katakan,tapi suara nya seperti tertelan kembali. Kata-kata berhamburan menjadi hal yang rumit untuk di rangakai.
Kevin menatap Nia lekat-lekat. Ia meletakkan telunjuknya di bibir Nia. Kevin tahu meski Nia tak mengatakan apa pun. Ia sangat tahu perasaan gadis itu pasti tidak berbeda dengan perasaaanya pula. Persaan hampa saat ia pergi menjauh meniggalkan isak tangis Nia.
“ Aku akan kembali untuk kamu. Aku berjanji. Kita tidak benar-benar berpisah.”
Kata-kata yang meluncur dari mulut Kevin seperti tak terdengar oleh Nia. Kevin kemudian menarik gadis itu kepelukannya. Memeluknya erat dan tidak melepaskannya. Membisikkan dengan bahasa hati kalau ia akan selalu di samping Nia meski jarak memisahkan mereka.
Setelah isak Nia reda, Kevin melangkah pergi. Ia tidak sanggup menengok ke belakang. Ia paksa kakinya sekuat mungkin untuk berjalan. Kalau menuruti isi hatinya, Kevin ingin sekali berjalan mundur. Tidak meninggalkan Nia yang menangis. Rasanya ia ingin menenangkan gadis itu,entah sampai kapan. Jika boleh memilih, ia tidak ingin pergi.
***
Hari-hari berada jauh dari Nia juga bukan hal yang mudah untuk Kevin. Ia merindukan sosok itu. Sosok Nia yang selalu ceria di sampingnya. Sosok Nia yang selalu penasaran dan sering bertanya. Ia merindukan kecerewetan khas gadis itu.
Bayang-bayang Nia pun mengikuti setiap langkah kakinya. Setiap barang-barang kesukaan Nia yang ia lihat selalu mengingatkannya pada gadis itu. Jam tangan pemberian Nia juga membuat Kevin mengingat Nia setiap detiknya.
Bukan hanya Nia yang membutuhkannya, tapi Kevin juga membutuhkan Nia. Mereka berdua saling melengkapi. Rasanya aneh jika berjalan sendiri-sendiri seperti sesuatu yang tidak seimbang. Ada sesuatu yang tidak beres.
Ia ingin secepatnya menemui gadis itu. Ia tidak hanya ingin memeluk bayangannya. Ia ingin Nia berada di sampingnya. Ia akan selalu menjaga gadis itu. Tidak membiarkannya menangis lagi. Cukup sekali ia melihat itu. Ia tidak akan membiarkan itu terulang. Tak akan dibiarkan bidadarinya menangis.
***

Malam ini dengan di padu lilin-lilin mereka berdua saling tatap berhadapan memandang wajah satu sama lain. Bola mata mereka seperti kaca yang mampu memantulkan bayangan masing-masing. 

Bersambung..

No comments:

Post a Comment