Search This Blog

Friday, August 18, 2017

Hati yang Memintaku Menanti (Season 6)

 gambar Via pixabay.com

Sekeliling mereka memudar. Hanya ada mereka berdua. Di temani bulan dan bintang-bintang yang berpesta menyambut malam yang indah. Malam spesial untuk Nia dan kevin.
Hanya akan ada hal yang indah yang akan terjadi setelah malam ini. Nia tersenyum. Kevin ada didepannya kini dan bukan Cuma bayang-bayang. Kevin berada didekatnya dan ia yakin semua akan baik-baik saja. Mata pria itu berbisik bahwa segalanya akan membaik setelah ini. Tak akan ada kesedihan lagi.
Mereka berdua memakan hidangan yang telah dipesan dengan perasaan yang luar biasa gembira. Kevin menggengam tangan Nia. Ditatapnya bola mata Nia lekat-lekat. Dirinya seperti tenggelam dalam mata indah itu. Rasanya ia tak ingin berkedip.
“ Bagimana kabarmu? kamu lebih kurus dari saat terakhir kita bertemu.” Suara Kevin memecah kesunyian. Irama musik terdengar mengalun menemani pengunjung kafe malam ini. Musik yang begitu syahdu menambah para pengunjung semakin larut dalam perasaan bahagia.
“ Aku baik-baik saja. Kamu sendiri? apa begitu betah di luar negeri sampai kamu tidak pernah pulang?” Nia mulai cerewet seperti biasa. Bibirnya manyun saat mengucapkan kata terakhir. Teringat hari-hari yang dilaluinya tanpa Kevin. Hari-hari terberat bagi hidupnya. Lalu Kevin malah tidak pernah untuk mengunjunginya. Ia tidak mengerti kenapa pria itu tdak pernah pulang dan memilih tinggal di luar sana bertahun-tahun.
Kevin tersenyum. “ Kalau aku pulang. Aku pasti tidak akan berniat kembali lagi. Jadi aku memutuskan tidak akan pulang sebelum kelulusanku.” Jawabnya tenang. Jemarinya membelai rambut depan Nia yang panjang dan menyisihkan ke telinga supaya bisa melihat wajah Nia dengan lebih jelas. Memperhatikan ekspresi yang tecermin disana. Hal yang dulu sering ia lakukan.
Nia menunduk merasakan Kevin menatapnya. Tapi Kevin buru-buru mengangkat wajah cantik itu lembut. “Biarkan aku melihatnya. Menatap seperti ini. Hal yang selalu kurindukan saat aku berada jauh dari mu.”
Nia tersenyum. Ia menatap Kevin di depannya yang tampak lebih dewasa. Wajah itu tidak hanya tampan tapi juga mengguratkan kebijaksanaan. Malam ini memang menyenangkan saat ia bisa menatap wajah itu bahkan sesaat setelah ia berkedip wajah itu tidak akan hilang. Berbeda dengan bayang-bayang. Bayang-bayang yang selau hadir menemaninya. Mengisi hari-harinya,tapi bisa hilang kapan saja.
Kevin memotong makanannya dengan pisau. ia munusukkan garpu dan menghadiahkan suapan itu untuk Nia. “ Mulai sekarang kamu harus banyak makan. hmm, apa gadis di depanku ini sudah tidak makan selama lima tahun?” tanyanya mencoba melucu.
Nia tertawa. “ Itu karena kamu.” jawab Nia pura-pura cemburut.
Kevin memasang wajah bersalah. “ Baiklah. Kalau begitu aku akan menebus kesalahanku. Mengajaknya makan siang setiap hari?” ia berpikir sejenak. “Yang terpenting aku tidak akan membiarkan gadis di depanku ini sendirian.” Ia tersenyum. Mereka berpelukan.

TAMAT

No comments:

Post a Comment