gambar Via pixabay.com
Sekeliling mereka memudar. Hanya ada
mereka berdua. Di temani bulan dan bintang-bintang
yang berpesta menyambut malam yang indah. Malam spesial untuk Nia dan kevin.
Hanya akan ada hal yang indah yang
akan terjadi setelah malam ini. Nia tersenyum. Kevin ada didepannya kini dan
bukan Cuma bayang-bayang. Kevin berada didekatnya dan ia yakin semua akan
baik-baik saja. Mata pria itu berbisik bahwa segalanya akan membaik setelah
ini. Tak akan ada kesedihan lagi.
Mereka berdua memakan hidangan yang telah
dipesan dengan perasaan yang luar biasa gembira. Kevin menggengam tangan Nia.
Ditatapnya bola mata Nia lekat-lekat. Dirinya seperti tenggelam dalam mata
indah itu. Rasanya ia tak ingin berkedip.
“ Bagimana kabarmu? kamu lebih kurus dari saat terakhir kita
bertemu.” Suara Kevin memecah kesunyian. Irama musik terdengar mengalun
menemani pengunjung kafe malam ini. Musik yang begitu syahdu menambah para
pengunjung semakin larut dalam perasaan bahagia.
“ Aku baik-baik saja. Kamu sendiri? apa begitu betah di luar negeri
sampai kamu tidak pernah pulang?” Nia mulai cerewet seperti biasa. Bibirnya
manyun saat mengucapkan kata terakhir. Teringat hari-hari yang dilaluinya tanpa
Kevin. Hari-hari terberat bagi hidupnya. Lalu Kevin malah tidak pernah untuk
mengunjunginya. Ia tidak mengerti kenapa pria itu tdak pernah pulang dan
memilih tinggal di luar sana bertahun-tahun.
Kevin tersenyum. “ Kalau aku pulang. Aku pasti tidak akan berniat
kembali lagi. Jadi aku memutuskan tidak akan pulang sebelum kelulusanku.”
Jawabnya tenang. Jemarinya membelai rambut depan Nia yang panjang dan
menyisihkan ke telinga supaya bisa melihat wajah Nia dengan lebih jelas.
Memperhatikan ekspresi yang tecermin disana. Hal yang dulu sering ia lakukan.
Nia menunduk merasakan Kevin menatapnya. Tapi Kevin buru-buru
mengangkat wajah cantik itu lembut. “Biarkan aku melihatnya. Menatap seperti
ini. Hal yang selalu kurindukan saat aku berada jauh dari mu.”
Nia tersenyum. Ia menatap Kevin di
depannya yang tampak lebih dewasa. Wajah itu tidak hanya tampan tapi juga
mengguratkan kebijaksanaan. Malam ini memang menyenangkan saat ia bisa menatap
wajah itu bahkan sesaat setelah ia berkedip wajah itu tidak akan hilang.
Berbeda dengan bayang-bayang. Bayang-bayang yang selau hadir menemaninya.
Mengisi hari-harinya,tapi bisa hilang kapan saja.
Kevin memotong makanannya dengan pisau. ia munusukkan garpu dan
menghadiahkan suapan itu untuk Nia. “ Mulai sekarang kamu harus banyak makan.
hmm, apa gadis di depanku ini sudah tidak makan selama lima tahun?” tanyanya
mencoba melucu.
Nia tertawa. “ Itu karena kamu.” jawab Nia pura-pura cemburut.
Kevin memasang wajah bersalah. “ Baiklah. Kalau begitu aku akan menebus
kesalahanku. Mengajaknya makan siang setiap hari?” ia berpikir sejenak. “Yang
terpenting aku tidak akan membiarkan gadis di depanku ini sendirian.” Ia
tersenyum. Mereka berpelukan.
TAMAT
No comments:
Post a Comment