Search This Blog

Monday, October 23, 2017

Seandainya.. Satu Waktu Ingin Kuputar Kembali (Season 2)


Perlahan aku menggeleng. Ku tutup kotak itu kembali dan menggeserkan ke arahnya. Aku meraih tangannya lalu meletakkan kotak kecil itu di atas telapak tangan dan mengatupkan jari-jemarinya.

Sesaat dia kaget dengan reaksiku. Aku tersenyum dan mengatakan. “Aku mendapatkan beasiswa S2 dan tidak ingin melewatkan kesempatan itu begitu saja.”

Dia tersenyum tak percaya lalu memberiku ucapan selamat. Ia kemudian memelukku erat. Aku tahu,ndia orang yang akan bahagia melihatku bahagia. Malam itu aku berjanji setelah ini aku akan dengan senang hati menikah dengannya.
***
Tahun-tahun aku berkutat pada bidang studiku. ia masih dengan setia di sampingku. Penuh kesabaran membantuku melewati masa-masa sulit terutama pada saat aku menyelesaikan tesisku.

Aku lulus tepat waktu dengan prestasi gemilang. Tentu saja tidak lepas dari bantuannya. Aku tahu dia satu-satunya pria baik yang tak akan kutemui lagi di dunia ini. Aku pun tahu dia sangat mencintaiku dan aku selalu yakin dia tak kan pernah meninggalkanku. Karena pikiran bodoh itulah awal dari seluruh petaka ini.
***

Setelah acara wisudaku ia menagih janji yang pernah kuucapkan untuk menikah. Aku dengan tegas menolak karena aku mendapatkan tawaran S3. Aku mengungkapkan itu dengan suka cita seperti aku mendapatkan beasiswa S2 dulu. Tapi ternyata sikapnya jauh berbeda dari perkiraanku. Tidak ada ucapan selamat. Tidak ada pelukan. Ia sama sekali tidak tersenyum mendengar itu.

Kukatakan padanya aku tidak akan menolak tawaran itu. Ini kesempatan langka yang mungkin tak kan terjadi lagi dalam hidupku. Dulu aku harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan beasiswa S2ku. Ia hanya bilang aku bisa melanjutkan studiku meski telah menikah. Tak bisa kusembunyikan rasa kecewaku padanya. Hatiku sakit. Untuk pertama kalinya aku merasa dia tidak mendukungku.

Bersambung..


No comments:

Post a Comment