Aku tidak bisa melakukan itu karena khawatir konsentrasiku akan pecah. Kami bertengkar hebat siang itu. Dengan berapi-api kukatakan kalau dia egois dan tidak bisa memahamiku. Tak ada yang mau mengalah di antara kami dan suasananya semakin memanas.
“Kamu bisa mencari wanita lain kalau kamu memang tidak
sabar menungguku.” Kukatakan
itu dengan angkuh. Kata-kata yang kusesali dalam hidupku.
Ia pergi setelah mendengar
itu. Begitu saja menjauh dari kehidupanku. Aku selalu menunggunya kembali, tapi itu tak kan pernah terjadi.
Aku sudah menyakiti hati
seseorang yang mencintaiku dan sangat kucintai. Tapi aku tidak bisa merubah
sesuatu yang sudah terjadi. Peristiwa itu membuahkan penyesalan yang panjang.
Membuatku semakin tenggelam dalam keputus asaan dan tak henti menyalahkan
diriku sendiri.
***
Baca Juga: Satu Waktu Ketika Hatimu Pergi (Season 1)
Aku masih terduduk disini.
Terlalu kaget untuk berkata-kata. Tanganku masih menggenggam surat undangan
yang bertuliskan namanya, tapi
tak ada namaku di sebelahnya. Nama wanita lain yang tak kukenal memantik
cemburu di hatiku.
Andai Waktu Bisa Kuputar Kembali
Aku tidak Mau mengucapkan kalimat itu. Aku tidak akan
menyakiti hatinya yang berujung sakit lebih dalam di hatiku. Andai dia tahu aku
menyesal. andai dia tahu aku begitu mencintainya. Maukah dia memaafkaanku. Tapi
apakah semuanya sudah terlambat?
Andai Waktu Dapat Kuputar Kembali
Aku rela melakukan apa saja untuk mengembalikan semuanya.
Supaya kami dapat bersama lagi dan saling mencintai. Aku bahkan rela mencopot
gelar yang telah kusandang. Apa arti semua ini tanpa ada dia di sampingku?
Tangisku pecah. Bongkah
ketegaranku meluruh menjadi serpihan air mata yang telah menganak sungai. Aku menyesal.
Sungguh,aku menyesal.
Andai Waktu Bisa Kuputar Kembali
Andai saja itu itu
mungkin,aku akan menjadi orang yang paling bahagia. Andai waktu bisa kuputar
kembali. Tak kan kuulangi kesalahan yang sama. Aku berjanji tidak akan
menyakitinya. Sungguh. Seandainya bisa.. satu waktu ingin kuputar kembali.
Tamat