Search This Blog

Saturday, July 30, 2016

Tak Kan Pantas Untukmu

Kita ibarat langit dan bumi

Seumpama matahari dan bulan

Kau tahu?

Aku takut, bahkan hanya untuk menengadah

Mengharap sinarmu

Kau yang terlalu kukagumi

Hingga kumerasa tak pantas untukmu

Lalu jawaban apa yang harus kuberi,

Untuk sebuah ketidakpastian?

Aku terlalu takut berharap, takut..

Kalau itu akan menyakitiku lebih dalam

Dari rasa sakit karena mencintaimu

Lalu reaksi apa yang kau harapkan dariku?

Aku tak berani untuk membuka kalimat

Aku tak tahu..

Kumohon, jangan suruh orang lain bertanya padaku

Karena aku hanya akan menyakitimu jika begitu

Aku yang selalu berpura-pura


Tidak mencintaimu..

gambar via hipwee.com

Tak Pernah Kumengerti

Cinta yang pertama kali kau ucapkan

Kini hanya menjadi tanda tanya dalam kenangan

Sayang yang kau katakan terakhir kali

Masih tidak dapat kupahami


gambar Via hipwee.com


Menengerti atau pun tidak

Kau tetap putuskan membuat jarak

Jadi bisakah aku tidak mengerti ini semua?

Tak ingin mengerti hingga akhir

Tak mau kusaksikan bahwa cinta yang kupunya


Telah terbelah menjadi dua


Friday, July 29, 2016

Kamu Tamu Istimewa Itu

gambar Via huffingtonpost.co.uk
Langit malam nampak sendu saat aku mematung di depan jendela kamarku. Dari sini aku bisa melihat pemandangan luar. Ada beberapa bintang yang berkedip manja ke arahku, tapi tidak ada bulan malam ini. Biasanya bulan yang selalu menemani kegundahan yang kurasa.
Perlahan kutarik napas dan membuangnya dari mulut. Melakukan itu seolah separuh bebanku hilang dan aku merasa lebih ringan. Meski aku tahu bahwa rasa itu akan datang kembali, menghadirkan bayang-bayang seseorang. Aku tidak tau kapan tepatnya aku mulai menjadi seperti ini. Terikat oleh bayang-bayang.
Entahlah darimana aku harus mulai mengaku tentang perasaanku. Sejujurnya aku memang sedang menaruh hati pada seseorang. Pria yang dekat denganku, tapi aku tak pernah tahu isi hatinya. Pria misterius itu, aku menyukainya.
Biar kuceritakan sekelumit tentang dirinya. Dia seperti seseorang yang sudah lama kucari dan tiba-tiba aku menemukannya. Aku berusaha keras untuk bisa dekat dengannya. Meski hingga sekarang terkadang ia masih bersikap tak acuh padaku, tapi aku senang asal bisa tetap bersamanya. Aku akan menunggu sampai waktu berpihak padaku.
Banyak pikiran yang melintas di kepalaku sehingga aku baru bisa tidur lewat tengah malam. Rasanya aku hanya membolak-balikkan tubuhku di kasur. Aku tidak bisa tidur nyenyak sama seperti malam-malam sebelumnya.
Pagi itu setengah bermimpi aku mendengar bunyi pintu di ketuk. Awalnya aku tak ingin memperdulikan dan membenamkan tubuhku lebih dalam dengan bantal dan selimut tebalku, tapi ketukan pintu itu kembali mengusikku. Sekuat tenaga kulawan rasa kantukku. Menyebalkan. Siapa yang bertamu ke rumah orang sepagi ini? gerutuku dalam hati
Setengah terpejam aku bangun dari ranjang dan berjalan ke ruang tamu. Dengan susah payah dan menguap beberapa kali akhirnya aku berhasil memasukkan kunci ke lubangnya. Kubuka pintu lebar-lebar.
Aku kaget saat tahu siapa yang datang. Ia berdiri tepat di hadapanku. Aku mulai mengerjap-ngerjapkan mataku dan bertanya dalam hati. Apa aku bermimpi?
“Selamat Pagi.” Suara itu terdengar seperti dalam mimpi. Ia menatapku heran karena aku mungkin terlihat seperti patung beku di depan pintu.
Ah,ini terlalu nyata. Bisikku dalam hati.
Kesal. Ia memelotot ke arahku. Satu hal yang membuatku tersadar ini bukan mimpi. Ia tidak pernah memelototkan matanya dalam mimpiku.
Saat tersadar itulah awal yang kupikir sangat memalukan. Pertama aku gugup merapikan rambutku yang pasti tak beraturan. Saat teringat aku belum sempat cuci muka dan gosok gigi,refleks aku menutup mulutku.
“Silakan masuk.” Gumamku tak jelas.
“Apa kamu akan terus-terusan berdiri di pintu seperti itu?”  tanyanya sembari melangkah masuk. Aku pun mengikuti langkahnya. Malu tapi juga senang. Degup jantungku seakan berubah menjadi alunan musik.
Ia berjalan ke dapur. Aku memutuskan untuk mandi. Saat kembali dan melewati ruang tengah,makanan sudah terhidang di meja makan. Ia duduk di salah satu kursi.
“Mau menemaniku sarapan?” Ia tersenyum ke arahku. Matanya menyihirku. Membuatku mematung untuk beberapa detik.
“Tentu.” Kataku sambil memasang senyum termanis yang kupunya. Dengan bersemangat aku segera menggeser kursi dan duduk di hadapannya.

Apa ini mimpi yang menjadi kenyataan? Kumohon, jangan bangunkan aku.

Tuesday, July 26, 2016

Ilalang Liar

Dari awal harusnya aku sadar

Tak boleh bermimpi sejauh ini

Harusnya ada cermin tepat di depanku

Sebelum aku mengharap apapun

Aku siapa dan dia siapa...

Aku yang harus menengadahkan kepalaku

Saat ingin melihatnya

Sampai kapan aku akan terus seperti ini?

Dia laksana bintang bagiku

Hanya bisa kulihat dari jauh

Tapi tak sanggup kugapai

Bintang yang selalu berada di langit

Aku bahagia karena dia tetap disana

Mungkin aku yang akan meninggalkan bintang itu

Karena bintang tak mungkin jatuh di tengah ilalang

Biarlah aku selamanya tetap menjadi ilalang liar

Yang akan terus tumbuh menemani tanah tandus


Ilalang yang bermimpi menyentuh bintang

gambar Via nadetra2.blogspot.com

Friday, July 22, 2016

Pita Biru dari Ibu

Jika menghitung orang yang telah berjasa untuk hidupku maka akan mucul beberapa nama. Namun orang yang paling berjasa dan dihadiahkan Tuhan selalu bersamaku di bumi ini bernama ibu. Ibulah malaikatku.
Aku hidup di keluarga yang cukup besar dengan banyak anak. Kebutuhan hidup yang harus dipenuhi memaksa ibu turut bekerja membantu ayah,meski begitu ibu masih bisa mengurus kegiatan rumah tangga dengan baik. Mengatur dengan cermat ekonomi keuangan keluarga sehingga kami semua dapat sekolah. Aku tidak merasa kekurangan kasih sayang karena ibu tidak membagi kasihnya pada 10 anak,tapi ia mencintai kami semua dengan sempurna.
“ Ayo, Maya. Berangkat sekolah dengan kakakmu.” Kata ibu setelah mengucir rambutku menjadi dua bagian dengan pita biru. Kemudian mengalungkan bekal minuman di leherku, sementara adikku menggelayut manja di kakinya.
Aku masih menyimpan memory itu. Saat dimana aku masih duduk di taman kanak-kanak. Juga pita biru favoritku yang selalu ibu pasangkan di rambutku. Ibu selalu menyiapkan segala keperluanku. Memastikan bahwa anak-anaknya sarapan sebelum ke sekolah. Meski ada banyak pekerjaan lain yang harus ia kerjakan,tapi dia selalu menomor satukan  kami.
Tentu saja sebagai anak kecil terkadang aku melakukan hal-hal yang membuatnya sulit. Mulai dari susah bangun,merajuk tiba-tiba,tapi ibu tidak pernah mengizinkanku untuk bolos sehingga aku harus pergi ke sekolah seterlambat apapun dan ia sendiri yang akan mengantarku.

***
Sosok ibu untukku bukan hanya wanita yang selalu memancarkan kasihnya. Ibu tidak hanya mampu melindungiku,tapi juga mengajariku untuk selalu maju. Ia mendorongku untuk meraih masa depan.
Saat aku mengetahui banyak hal dengan bantuan guru-guruku di sekolah. Ingatanku berpacu cepat pada wanita paruh baya yang dengan sabar mengenalkanku pada huruf-huruf yang tidak kumengerti sebelumnya. Membantuku membaca dengan mulai dari mengeja. Membimbing tanganku untuk menulis.
Ketika aku mulai disibukkan dengan mempelajari rumus dan rasa senang yang mekar di hatiku karena bisa menguasai ilmu eksak. Kulihat bayang-bayang angka sederhana menari di pikiranku. Mengingatkanku tentang buku lusuh dengan warna yang telah menguning kecoklatan. Serta suara seseorang yang mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menjelaskan matematika sederhana. Hanya tentang penjumlahan,pengurangan,perkalian dan pembagian.
Ibuku bukan menteri pendidikan,tapi ia selalu memperhatikan itu. Pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Pasti bukan hal yang mudah memutar uang untuk keperluan hidup dan sekolah kami.

Via dokumen pribadi


“Saat sebuah ijazah tergenggam, itu untukmu ibu.”
Langit senja masih memayungiku saat aku sedang termenung duduk di teras rumah. Menghirup udara sore perlahan  dengan kedamaian. Teringat tentang wajah penuh kasih dari ibu. Senyumnya yang selalu menemaniku dan tak pernah lekang oleh waktu. Menyertai pertumbuhan dari seorang gadis kecil menjadi wanita dewasa yang tak hanya ingin bergantung pada orang lain. Seseorang yang selalu berjuang untuk kebahagiaanku. Seseorang yang mengajariku banyak hal,yang selalu ada untukku dan yang selalu kubutuhkan hadirnya.
Aku menyandarkan punggungku lebih dalam di kursi dan memejamkan mata perlahan. Sketsa wajah itu begitu teduh,bayang senyumnya mampu mendamaikanku.
Ibu..
 kau telah memberikan segalanya untukku. Kau yang selalu menemaniku, menguatkanku dan mendukung langkahku. Aku selalu ingat moment itu,saat aku berangkat sekolah untuk pertama kalinya kau yang tersenyum bahagia mengatakan hal-hal menarik tentang sekolah,menyiapkan segala keperluanku dan dengan cekatan menata rambutku lalu mengikatnya dengan pita biru.




Saturday, July 16, 2016

Sebuah Kisah Saat Senja

Via rzsuper1924.blogspot.com

Aku masih terduduk di bebatuan. Menatap dengan kagum segala yang terbentang di hadapanku. Kakiku memainkan butiran pasir yang ada di bawah. Seseorang di sampingku hanya diam mematung dan aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Aku menoleh saat sadar sepasang mata memperhatikanku, ia tersenyum. Aku pun membalas senyumnya dengan wajah ceria.
Setelah itu aku menarik lengannya untuk mendekat ke bibir pantai. Kami membuat bangunan megah dari pasir dan meninggalkannya, membiarkan saja ombak melahap istana kami. Kami pun berjalan menusuri pantai. Aku mengajaknya mengobrol di sepanjang jalan, tapi ia lebih sering terdiam mendengarkan. Sesekali aku bisa menangkap matanya yang memandang ke arahku.
Aku mulai terdiam mengikuti langkahnya. Ia menggenggam tanganku dan merapatkan tubuhnya lebih dekat. Semilir angin meniup rambut kami yang seakan melambai. Aku menghirup napas dalam-dalam serta mengatur degup jantungku yang kurasa bekerja lebih cepat jika di dekatnya.
Langkahku terhenti. Kubentangkan tanganku ke udara. guyuran ombak mengalun menerpa kakiku. Mata kami menatap langit jingga yang menyelimuti pemandangan indah ini. Memandang Burung-burung yang terbang rendah kembali ke sarangnya. Rasanya seperti menikmati sebuah lukisan terbesar di dunia. Senja memang indah. Kami berdua menyukai senja.
Kulihat senja di tempat yang sama saat kami bertemu untuk pertama kalinya. Saat itu usiaku 8 tahun, aku sedang membuat istana pasir yang tak begitu jauh dari bibir pantai. Aku begitu senang saat istanaku hampir jadi dan berniat memberitahukan ayah yang duduk di bebatuan tak jauh dariku.
Kekagetanku muncul ketika melihat anak laki-laki dengan bola yang menghancurkan bangunan istanaku. Ia memungut bolanya dan menyisakan istana pasirku yang rubuh. Aku segera berlari mendekat, mataku menatap tajam ke arahnya. Sebelum aku sempat membuka mulut, bolanya terjatuh menggelinding. Ia tidak berbicara apa pun dan segera memperbaiki bangunan itu dengan gugup. Dari caranya kupikir ia belum pernah membuat istana pasir sebelumnya. Jadi aku membantunya memperbaiki.
Tak terasa 14 tahun waktu bergulir, kini ia menjadi orang yang teramat kucintai dalam hidup ini. Pria yang berdiri disampingku sekarang sedikit berbeda dengan anak laki-laki yang kutemui dulu. Dia sangat pintar membuat bangunan bahkan tidak hanya dari bahan pasir. Ia seorang arsitek.
Aku merangkulkan tanganku ke lehernya dan mengatakan kalau aku merasa senang ia telah membawaku kesini. Ia tersenyum memelukku. Langit senja menjadi saksi ketika ia melingkarkan sebuah cincin di jariku.



Thursday, July 14, 2016

Selaksa Rindu Untukmu, Ibu Asuhku

Bulan dan bintang yang dulu pernah kau tunjukkan, 
dalam hening malam kini kusaksikan sendirian.

Via dokumen pribadi

Emak, aku tahu kini kau sakit-sakitan.
Maafkan aku yang sangat jarang menengokmu. Gubuk tempat dulu aku bermain sewaktu kecil, rasanya perlahan mulai memudar tergerus oleh serentetan peristiwa baru yang beberapa darinya juga menimbulkan jejak-jejak dalam ingatanku.
Meski begitu, aku tak kan pernah lupa pada sosokmu. kau dengan kain tapeh dan kebayamu yang lusuh. Lalu sendal jepit tipis yang juga selalu menemani setiap pijakan langkahmu. Kau seorang yang aktif dan enerjik, melihatmu aku mengerti ketangguhan perempuan desa.
Dan baru kali ini.. aku melihatmu lagi. Mengingatkanku tentang indahnya masa kecil yang tak kan kulupa. Terang lampu warna-warni yang sering kita lihat setiap malam. Cahaya bulan dan bintang yang kautunjukkan padaku kutemukan beralih ke sepasang matamu yang selalu menatapku dengan kelembutan.
Emak,,
Meski kau tak pernah merasakan betapa sakitnya melahirkanku. Kau tetap ibuku karena bagiku ibu tidak bisa diukur dengan pengertian sesempit itu. Aku percaya kau pun memiliki kasih sayang seluas lautan. Di lehermu selalu terkalung selendang untuk membawaku. Memberikan perlindungan yang tak hanya berbilang bulan.
Jangan menangis, Mak. Karena melihat itu rasanya ada setitik bening yang ingin meloncat dari mataku. Seumur hidup baru kali ini aku melihat seseorang menangis karena merinduiku. Kupandang wajahmu yang tampak senang melihatku. Kini kau hanya terbaring diranjang karena stroke. Kembali lelehan air matamu jatuh ke pipi, tanpa suara menatapku tak berkedip seolah mencari persamaan atau perbedaan dari gadis kecil yang selalu kaugendong kemanapun juga rengekannya yang selalu kau dengar setiap menjelang tidur karena minta dikipasi meski kau sudah terkantuk-kantuk, dan akan kembali terbangun setiap kipas itu jatuh dari genggamanmu. Aku masih dapat mengingat itu semua dan banyak hal lain.
Emak..
Tahun-tahun terlewat mengantarkanku menjadi wanita yang mulai tumbuh dewasa. Kelak saat statusku berubah jadi seorang ibu, aku pun ingin menjadi sepertimu.



Saturday, July 2, 2016

Because Of You

Dulu kita sering bernyanyi di telepon. Tentang lagu yang kusukai dan kita menyanyi bersama. Tentang lagu yang kamu sukai, lalu kamu menyanyikannya untukku.

Ingatkah kamu? Dulu aku pernah bertanya.. apa lagu yang paling menggambarkan kamu dan aku. Tentang kisah cinta kita?
Kamu tidak memberikan jawaban waktu itu. Sampai aku melupakannya begitu saja, hingga waktu perpisahan kita.
Kehilanganmu menyakitkan hatiku dan aku memilih untuk menghapus semua yang berhubungan denganmu, termasuk memblokir akun Fbmu.

Suatu hari aku sadar kalau aku harus mulai menerima kepahitan masalalu. Kuputuskan untuk mencabut blokir Fbmu, karena melakukan semuai itu hanya menandakan aku belum rela dengan semua jalan hidup ini.

Kusempatkan untuk menengok dindingmu, apa kabar kau sekarang?

Via kawankumagz.com


Di aktivitas terakhirmu, tepatnya kemarin, kulihat kamu membagikan sebuah video lagu sampai beberapa kali dengan judul yang sama. Apa itu perasaanmu sekarang? Kau mengenang semua itu lebih terlambat dariku. Memutar berulang kali lagu tentang kita yang berakhir menyedihkan. 

Because of you Kelly Clarkson.


I will not make the same mistakes that you did
Aku takkan melakukan kesalahan seperti yang pernah kau lakukan
I will not let myself
Takkan kubiarkan diriku
Cause my heart so much misery
Karna hatiku sangat sengsara
I will not break the way you did
Aku takkan patah seperti dirimu
You fell so hard
Kau jatuh begitu keras
I've learned the hard way
Aku telah belajar dengan cara menyakitkan
To never let it get that far
Agar tak sampai sejauh itu

CHORUS

Because of you
Karna dirimu
I never stray too far from the sidewalk
Aku tak pernah tersesat terlalu jauh dari jalan
Because of you
Karna dirimu
I learned to play on the safe side so I don't get hurt
Aku belajar bermain di sisi aman hingga aku tak terluka
Because of you
Karna dirimu
I find it hard to trust not only me, but everyone around me
Aku merasa sulit percaya tak hanya pada diriku, namun juga pada semua orang di sekitarku
Because of you
Karna dirimu
I am afraid
Aku takut

I lose my way
Aku kehilangan arah
And it's not too long before you point it out
Dan segera kau menunjukkannya
I cannot cry
Aku tak bisa menangis
Because I know that's weakness in your eyes
Karna kutahu di matamu itu kelemahan
I'm forced to fake
Aku terpaksa berpura-pura
A smile, a laugh everyday of my life
Tersenyum, tertawa tiap hari dalam hidupku
My heart can't possibly break
Hatiku tak mungkin terluka
When it wasn't even whole to start with
Jika awalnya saja sudah tak utuh

Back to CHORUS

I watched you die
Kusaksikan dirmu mati
I heard you cry every night in your sleep
Kudengar dirimu menangis tiap malam dalam tidurmu
I was so young
Aku masih terlalu muda
You should have known better than to lean on me
Kau harusnya tahu yang lebih baik dari bersandar padaku
You never thought of anyone else
Kau tak pernah memikirkan orang lain
You just saw your pain
Kau hanya melihat lukamu
And now I cry in the middle of the night
Dan kini aku menangis di tengah malam
For the same damn thing
Karena hal yang sama

Because of you
Karna dirimu
I never stray too far from the sidewalk
Aku tak pernah tersesat terlalu jauh dari jalan
Because of you
Karna dirimu
I learned to play on the safe side so I don't get hurt
Aku belajar bermain di sisi aman hingga aku tak terluka
 Because of you
Karena dirimu
I tried my hardest just to forget everything
Aku bersusah payah tuk lupakan segalanya
Because of you
Karena dirimu
I don't know how to let anyone else in
Aku tak tahu cara biarkan orang lain mengisi hatiku
Because of you
Karena dirimu
I'm ashamed of my life because it's empty
Aku malu akan hidupku karena hampa rasanya
Because of you
Karena dirimu
I am afraid
Aku takut

Because of you
Karena dirimu