gambar Via pixabay.com
Nia menatap Kevin ragu,tapi akhirnya
ia bersuara memberitahukan alamat rumahnya. Ditatapnya lagi pria di sampingnya
itu. Tidak ada yang mencurigakan. Pria itu sangat sopan sepertinya dia pria
yang baik.
Kevin lalu mengantar Nia pulang.
Mereka berdua berjalan bersama bersisian. Sebenarnya rumah Nia tidak terlalu
jauh. Kevin heran kenapa Nia bisa tersesat dan tak tahu jalan pulang. Tapi dia
memilih diam dan tidak berniat menanyakan itu pada Nia. Mungkin gadis itu baru
saja pindah rumah. Pikirnya dalam hati.
Setelah sampai di rumah, Nia
mengajak Kevin masuk ke rumahnya, tapi Kevin
menolak. Nia memaksa Kevin untuk masuk. Ia tidak bisa membiarkan orang yang
telah membantunya pergi begitu saja tanpa ia membalasnya dengan sesuatu sebagai
ucapan terima kasih. Setidaknya ia bisa menuangkan teh hangat untuk Kevin
sebelum pria itu memutuskan untuk pergi.
Mereka berdua berkenalan dan menjadi
lebih akrab setelah tahu kalau ternyata mereka juga satu sekolah. Kevin kakak
kelasnya. Entah kenapa ada sebersit bahagia di hati Nia. Tapi bukan hanya Nia,
Kevin juga merasakan itu. Mereka terkesan gugup satu sama lain. Sesekali
melirik kemudian tersenyum.
***
Kevin masih memandang Nia dengan
tatapannya yang Nia kenal selama ini. Tatapan melindungi. Ia amati gadis di
depannya lebih kurus dari saat terakhir kali mereka bertemu. Meski begitu Nia
tampak cantik. Malam ini ia seperti duduk bersama bidadari. Bidadarinya
yang selalu ia rindukan.
Terakhir kali mereka bertemu,bidadari
itu sedang menangis sampai-sampai ia tidak tahu harus bagaimana untuk membuatnya
berhenti menangis supaya dadanya tidak sesak lagi. Ia tidak tahan melihat air
mata itu sampai-sampai dirinya kesulitan bernapas.
Bersambung..
No comments:
Post a Comment