Search This Blog

Saturday, March 3, 2018

Seperti Langit bag-2 (Balasan)




"Seperti langit, katamu. Entah itu biru, jingga, atau pun hitam, tetap cantik."

Menengadahkan wajah ke atas untuk memandang cantiknya selalu menyenangkan. Sama menyenangkannya saat teringat kata-katamu.

Kamu tahu?

Langit selalu punya cerita, tentang siapa saja yang menatapnya. Andai, langit bisa bicara. Aku ingin tahu, selalu ingin tahu: apa kabar kamu hari ini? Mata seperti apa yang kamu suguhkan ketika menatap langit? hanya dengan itu pun aku bisa tahu suasana hatimu saat ini.

Hari ini, di bawah langit biru, kutuliskan sesuatu untukmu. Sebagai jawab perihal yang kamu tuliskan.
 Apa yang kau pikirkan tentang langit, aku mengaguminya. Meski tak menghapuskan kekagumanku akan bintang-bintang.

Aku tak ingin berseteru denganmu. Meski tak jarang kita terlibat perdebatan-perdebatan seru. Aku tahu, kamu meyakini satu hal, bahwa kebersamaan kita dibentuk bukan atas dasar kecocokan.Tapi, upaya kita dalam menghargai satu sama lain.Kita bisa saja berbeda argumen, tapi itu tak perlu meretakkan hubungan yang telah lama terjalin. Kita masih bisa saling memberikan penghargaan tanpa perlu melepaskan apa yang menjadi cara pandang kita akan suatu hal.

Baca Juga: Seperti Langit

Percayalah bahwa apa pun yang kamu yakini yang berasal dari nurani, itu adalah sesuatu yang murni. Bahkan jika kita harus berbeda pendapat, aku akan tetap ada untuk mendukungmu. Menjadi tempat untukmu berbicara apa saja, mendengarkanmu bercerita segalanya.