Via dokumen pribadi
Jika so sweet itu dia yang rela kehujanan demi menjemput kamu, mungkin ayah adalah orang paling so sweet sedunia.
Tak peduli panas ataupun hujan, ayahku
mengantar jemput ke sekolah hampir setiap harinya. Tak pernah mengeluh. Setia
menungguku bahkan sebelum aku keluar dari pintu gerbang. Tak terhitung berapa
ratus hujan yang rela ia terjang, panas terik yang menyengat membuat
garis-garis di telapak kakinya. Hal itu berlanjut sampai aku kelas satu SMA.
Membuatku sadar dengan sendirinya “Sudah cukup merepotkan ayah. Aku akan naik
sepeda, meski itu belasan KM jauhnya”. Kesadaran yang terlambat 4 tahun, karena
aku tak pernah melihat raut keberatan di wajah ayah.
Kalau perhatian itu dia yang selalu bertanya “Apa kamu sudah makan?”, mungkin ibu adalah orang paling perhatian di belahan bumi manapun.
Ibuku memasak makanan setiap harinya.
Cerewet setiap hari jika aku langsung kabur tanpa menyentuh makanan karena
hampir telat. Pura-pura ngambek dan mengancam tidak akan memasak lagi jika
makanannya tidak dihabiskan, tapi tidak pernah dilakukan. Suaranya yang lantang
terdengar sampai ke kamarku ketika makan malam. Bertanya apa aku sudah makan?
Kalau tulus itu dia yang selalu memberikanmu barang-barang yang lucu, mengejutkanmu dengan hadiah, mungkin kakak adalah orang paling tulus di seluruh penjuru.
Aku memang tidak mendapatkan boneka
ataupun cokelat, tapi aku menerima hal yang lebih penting dari itu di saat yang
tepat. Tak terhitung berapa kali aku menyusahkannya bahkan hingga sekarang.
Saat aku ingin bisa menjahit, kakakku yang repot memindahkan mesin jahit yang
tak terpakai dari rumahnya ke rumahku dan mengajariku di tahap dasar. Ketika
aku memiliki sedikit tabungan untuk membeli mesin obras, kembali kakakku yang
mencarikan kesana-kemari mesin yang bagus. Karena mesin yang kubeli secound
dan sudah lama tak dipakai, jadi sudah ada bagian yang hilang.
Sebenarnya aku sudah berusaha mencari sendiri, tapi tidak ketemu karena tak mudah mencari printilan mesin kecil ditengah banyak orang yang sudah beralih menggunakan mesin besar. Kembali
kakakku yang turun tangan tanpa diminta. Menambahkan dan memperbaiki ini-itu
dari A-Z hingga bisa dipakai. Dia yang juga mengajariku memasang benang. Tadi
kakak bilang “Ini aku belikan kunci untuk ganti jarumnya kalau patah nanti.”
Hmm, padahal jarumnya masih baik-baik aja. Hal-hal kecil bahkan sudah
dipikirkan dengan detail olehnya, jadi aku tak perlu bingung lagi. Terakhir dia
ngomong “Kalau ada yang rusak atau nggak enak dipakai, bilang aja.”
Sebenarnya, aku sudah menemukan 3 kata
spesial itu sangat dekat dengan hidupku. Jadi, untuk apa aku mencarinya
jauh-jauh?
Fabiayyi ala irabbikuma tukadziban.
(lantas nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
Cinta akan datang pada saatnya nanti.
Jika Tuhan belum memberikan bayangan akan seseorang itu, mungkin aku masih
belum pantas untuknya. Masih harus belajar dan terus memperbaiki diri.
No comments:
Post a Comment